status gizi balita Indonesia masih memprihantinkan
DATA STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN RISKESDAS 2010
Nah ini dia hasil RISKESDAS 2010 ..bagi kawand2 mahasiswa atau tenaga kesehatan atau siapapun yang hanya sekedar pengen tau dan susah nyarinya di om google, silahkan menikmati ^_______^
Hasil data status gizi balita berdasarkan RISKESDAS 2010 adalah:
- Status Gizi Balita menurut indikator BB/U:
Secara nasional, prevalensi berat kurang pada 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam periode 2011 - 2015
Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi Banten sampai 30,5% di NTB. Urutan ke 18 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah:
1. NTB 10. Aceh2. NTT 11. Maluku Utara3. Kalbar 12. Kalsel4. Kalteng 13. Sultra5. Sulteng 14. Sulbar6. Papua Barat 15. Sulsel7. Gorontalo 16. Sumsel8. Maluku 17. Jambi9. Sulsel 18. Banten
Semua provinsi di Indonesia masih memiliki prevalensi berat kurang masih diatas batas non-public health problem menurut WHO yaitu 10,0%
- Status Gizi Balita berdasarkan indikator TB/U
Prevalensi kependekan secara nasional tahun 2010 sebesar 35,6% yang terdiri dari 18,5% sangat pendek dan 17,1% pendek.
Sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi kependekan diatas angka prevalensi nasional. Urutan dari yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:
1. NTT 9. Kalteng2. Papua barat 10. Aceh3. NTB 11. Sulsel4. Sumut 12. Sultra5. Sumbar 13. Maluku6. Sumsel 14. Lampung7. Gorontalo 15. Sulteng8. Kalbar
Bila dibandingkan dengan batas non public health problem menurut WHO untuk masalah kependekan sebesar 20%, maka semua provinsi di Indonesia masih dalam kondisi bermasalah kesehatan masyarakat.
- Status Gizi Balita berdasarkan indikator BB/TB
Prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2010 masih cukup tinggi yaitu 6,0% dan tidak banyak perbedaan dengan keadaan 2007 sebesar 6,2%. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 7,3% pada tahun 2010 yang tidak berbeda banyak dengan keadaan tahun 2007 sebesar 7,4%. Terdapat 19 provinsi yang memiliki prevalensi kekurusan diatas angka prevalensi nasional. Urutan ke-19 provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:
1. Sulut 11. Jabar2. Bengkulu 12. Maluku3. DKI Jakarta 13. Kep. Babe4. DI Yogyakarta 14. Papua5. Jatim 15. Lampung6. Kalbar 16. Kepri7. Sultra 17. Sumut8. Jateng 18. Papua Barat9. Aceh 19. Jambi.10. Kalteng
Menurut UNHCR masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi BB/TB kurus antara 10,1% - 15,0% dan dianggap kritis bila diatas 15%. Pada tahun 2010, secara nasional prevalensi BB/TB kurus pada balita masih 13,3%. Hal ini berarti bahwa masalah kekurusan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Berdasarkan indikator BB/TB dapat juga dilihat prevalensi kegemukan dikalangan balita. Pada tahun 2010 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia 14,0%. Terjadi peningkatan prevalensi kegemukan yaitu 12,2% tahun 2007 menjadi 14% tahun 2010. 12 provinsi memiliki masalah kegemukan diatas angka nasional dari prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:
1. DKI Jakarta 7. Lampung2. Sumut 8. Aceh3. Sultra 9. Riau4. Bali 10. Bengkulu5. Jatim 11. Papua barat6. Sumsel 12. Jabar
sumber : milis IKAZI (Ikatan Ahli Gizi Indonesia)